BAHAGIA SE-SEDERHANA ITU

Diposting : 04 Desember 2021
Dilihat : 664 kali

 

Frasa “senang” atau “sedih” memiliki arti kata yang tentu mudah dipahami, hanya kita perlu sedikit jeli untuk memastikan keduanya telah digunakan secara tepat. Termasuk memastikan tidak mempertemukannya dalam satu kalimat karena “Senang melihat orang lain sedih” atau “Sedih melihat orang lain senang” memiliki arti kata berbeda. Bisa jadi hanya merupakan permainan kata, akan tetapi tidak begitu sulit untuk mencari “contoh kasusnya” di sekeliling kita. Masih banyak terdapat seseorang yang justru sedih manakala melihat orang lain bahagia dengan pencapaiannya, atau sebaliknya menjadi semakin senang ketika melihat orang lain kian terpuruk dalam kubangan permasalahan.

Masing-masing dari kita tentu memiliki standar kebahagiaan yang berbeda. Semua akan berpulang kepada bagaimana menyifatkan arti dari sebuah kebahagiaan itu sendiri. Bisa jadi seseorang akan mendapatkan kebahagiaan paripurna pada saat memberikan tumpangan kepada orang lain untuk berobat ke Rumah Sakit, atau memberikan sedikit bekal dan berbagi dengan sahabat disaat mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli sepotong roti sebagai santapan di pagi hari. Contoh ini hanya merupakan ilustrasi kecil karena justru tidak sedikit yang menyediakan diri untuk melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan mereka meskipun harus ditebus dengan sebuah pengorbanan (sacrifice) yang tidak kecil. Tidak hanya bilangan angka rupiah tak terbatas, cucuran keringat serta darah atau mungkin bahkan nyawa. Konsep rela berkorban untuk orang lain secara totalitas nan heroik menyebabkan seseorang disebut sebagai PAHLAWAN.  

Sebutan Pahlawan memang tidak hanya akan disematkan kepada mereka yang telah gugur membela Bangsa dan Negara tetapi juga bagi mereka para Kepala Keluarga yang telah berjuang menghidupi keluarganya, penyandang disabilitas yang tidak menyerah kepada nasib bahkan mampu mengangkat harkat hidup para penyandang disabilitas lainnya, para Dermawan yang membantu anak-anak yatim piatu meraih cita-citanya, atau para pekerja migran yang justru mampu menyumbangkan ratusan triliun per-tahun sekaligus menjadi sumber devisa Negara. Pahlawan memang tidak “terlahir” begitu saja, secara tidak langsung telah terjadi sebuah momentum alamiah yang mendorong seseorang melakukan aksi nyata serta mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Sederhananya disebutkan pada penggalan lagu Mariah Carey berjudul “Hero” :

                                    There’s a Hero

                                    If you look inside your heart

                                    You don’t have to be afraid

                                    Of what you are

                                    There’s an answer

                                    If you reach into your soul

                                    And the sorrow that you know

                                    Will melt away

 

Dari penggalan lirik lagu tersebut, Komponis nya tengah mengirimkan pesan jika setiap dari kita adalah seorang Pahlawan tidak peduli siapa dan berasal dari mana kita. Konsep Islam sendiri sangat jelas menyebutkan jika sebaik-baik manusia adalah mereka yang memberikan manfaat kepada orang lain (Khoirunnas Anfauhum Linnas). Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : “…Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Jika begitu, rasanya menjadi manusia yang mampu memberikan manfaat kepada orang lain juga merupakan sebuah cita-cita mulia. Sudah tentu bukan karena “nyidam” disebut sebagai Pahlawan, lantas kita berlomba-lomba mencetak rekor kebaikan. Akan tetapi jauh dari itu, kita perlu menata serta meluruskan kembali niat. Sebagai kompas dari semua amalan, maka posisi niat memegang peranan penting (innamal a’malu binniyat). Ridho Allah SWT tentu menjadi tujuan utama dari semua amalan yang kita lakukan. Nasrun minallah Wa Fathun Qoriib.       

 

M. Zulkarnain Ashya Hifa 

Ketua Lazismu Ponorogo